Selasa, 26 Oktober 2010

Belajar Mendoakan

Dua orang artis melangsungkan pernikahan mereka yang kedua setelah masing-masing bercerai dari pasangannya karena masalah rumah tangga masing-masing. Kemudian muncullah komentar sinis, "Ah, paling juga cerai lagi, liat aja nanti!"

Grup Klantink menjadi juara IMB. Banyak yang memuji mereka, tapi ada juga yang berkomentar, "Ah, yang gituan mah ga bakalan lama tenarnya, paling lama juga setaun terus ngilang ditelan bumi."

Seorang motivator ternama selalu yang ditunggu penampilannya karena kata-katanya yang bijak dan menyejukkan menjadi topik bahasan di sebuah milis. Rupanya tersebar berita tentang tingkah lakunya yang tidak sesuai dengan kata-kata bijaknya. Sudah begitu masa lalunya yang tidak pantas untuk diperbincangkan malah dibesar-besarkan pula, seolah ingin memberitahukan pada dunia "Lu suka sama motivator xxx itu? Coba lu tau kayak gimana dia dulunya!"

Saya pernah membaca dalam sebuah literatur, bahwa 95% pikiran manusia cenderung mengarah pada yang negatif. Mungkin beberapa contoh di atas adalah buktinya, meskipun saya yakin tidak semua orang seperti itu. Hanya saja yang disayangkan adalah, kenapa mereka begitu suka berfokus pada hal-hal yang negatif?

Daripada menghujat artis yang menikah kedua kalinya, atau skeptis dengan popularitas klantink, atau membongkar aib seorang motivator, bukankah lebih baik kita doakan mereka supaya yang artis pernikahannya langgeng dan sakinah, sehingga masalah rumah tangga yang lalu tak terulang lagi?

Bukankah lebih baik doakan Klantink agar rezekinya berlimpah, hidup lebih baik, dan dimudahkan segala urusannya?

Kemudian jika sang motivator memang lalai sehingga perilakunya jauh dengan kata-katanya, bukankah lebih baik doakan supaya Tuhan memberinya hidayah agar dia mampu berperilaku sesuai dengan kata-katanya? Karena bagaimanapun juga motivator tetap manusia yang bisa salah dan tak luput dari dosa.
Kalaupun masa lalunya negatif, masihkah perlu untuk dibahas lagi? Nabi Muhammad saja tak pernah mengungkit-ungkit masa lalu Sayyidina Umar bukan?

Senegatif-negatifnya seseorang tetap ada sisi positifnya. Karena sejahat apapun manusia pasti pernah berbuat kebaikan. Mengkritik orang bukanlah hal tabu, tetapi pastikan kritik yang membangun, bukan sekedar menghujat karena belum tentu kita lebih hebat atau lebih tinggi derajatnya dari pada orang yang kita hujat. Dan nasehat kebaikan bisa datang dari siapa saja, bahkan dari seorang penjahat. Disaat seperti itu, lebih baik kita dengar apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan. Karena kata-kata kebaikan tetap berasal dari Tuhan. Yang tidak perlu kita teladani hanyalah perilakunya jika memang tidak pantas untuk ditiru.

Pepatah mengatakan, lebih mudah menjadi penonton daripada pemain, meskipun penonton belum tentu mampu melakukan hal yang bisa dilakukan pemain.
Begitu mudahnya seorang penonton menyebut seorang striker bodoh hanya karena sang striker gagal mencetak gol yang menurut penonton seharusnya mudah dilakukan, padahal belum tentu penonton juga mampu mencetak gol jika dia berada di posisi pemain.

Jadi daripada berfokus pada hal-hal negatif dari orang lain, sebaiknya kita introspeksi dulu apakah kita sudah lebih baik dari orang lain yang kita anggap negatif itu? Atau bahkan lebih parah?

Kemudian daripada berfokus pada hal-hal negatifnya, lebih baik berikan apresiasi dan doa untuk mereka. Apresiasilah segala usaha mereka, dan doakanlah agar hidup mereka semakin baik. Doa yang baik akan jauh lebih bermanfaat daripada menghujat, dan kebaikannya bukan hanya didapatkan oleh mereka yang kita doakan, tapi juga akan berbalik pada kita sendiri sebagai balasan Tuhan yang menyenangkan.

Wallahualam

Wassalam

Tidak ada komentar: