Senin, 03 Mei 2010

CURHAT

Seorang sahabat menghubungi saya mencurahkan isi hatinya tentang betapa beratnya masalah yang dia hadapi sehingga dia nyaris tak lagi percaya pada Tuhan karena bertahun-tahun dia berdoa dan "merasa" sudah menjalankan segala perintah-Nya tapi masalahnya tak kunjung selesai.
Tidak lama dari situ ada lagi sahabat yang lain yang meminta diajari tehnik yang bisa membuat dia lepas dari beban masalahnya. Dan kemudian datang lagi sahabat yang lain yang minta cara jitu agar doanya bisa cepat terwujud. Tentu saja saya bingung karena saya bukanlah orang yang tahu segalanya.

Tidak berhenti sampai di situ, ada lagi seorang sahabat yang berkeluh kesah pada saya tentang masalah yang itu-itu saja, yang sempat membuat saya bete karena entah sudah berapa puluh kali saya mendengarkan cerita yang sama. Dan walaupun berkali-kali sudah diberi saran, ternyata dia tidak pernah menjalankannya, karena dia mengharapkan cara yang instan.

Sahabat pejuang ikhlas, tak ada seorangpun yang tidak punya masalah selama kita hidup di dunia ini, tapi perlu kita sadari bahwa masalah di dunia pada dasarnya cuma itu-itu saja, sehingga solusinya pun sudah pasti itu-itu juga. Dan biasanya yang membuat orang tak bisa lepas dari masalahnya bukanlah "tidak bisa", melainkan "tidak mau". Benarkah begitu? Ya! Karena solusi dari semua masalah hidup sudah ada di kitab suci, tapi jarang sekali orang yang mau membaca dan memahami, apalagi mempraktekkan.

ketika seseorang curhat sana-sini, pada dasarnya dia tidak mencari solusi melainkan hanya
ingin didengarkan orang, seolah ingin orang lain tahu tentang betapa sengsaranya kehidupan yang dia alami. Dan inilah berbahayanya karena:

1. Dia berfokus pada masalah, sehingga wajar jika yang dia dapatkan adalah masalah yang seolah tak berkesudahan, karena apa yang kita fokuskan, itulah yang cenderung kita dapatkan.
2. Semakin dia berkeluh kesah, semakin jauh dia dari solusi.
3. Dalam arti lain bisa dikatakan dia tidak percaya pada Tuhan (walaupun tidak disadari), karena dia lebih percaya untuk menceritakan masalahnya pada mahluk ciptaan-Nya daripada minta solusi
langsung pada Tuhan.

Saya teringat sebuah hadits yang mengatakan: "Barang siapa yang tertimpa musibah dan dia menceritakannya pada orang lain, maka tidak akan tertutup keperluannya".

Maka wajarlah jika orang yang senang curhat sana-sini cenderung sulit mendapatkan solusi dari masalahnya. Curhat memang boleh-boleh saja asal tujuannya untuk mencari solusi, dan harus dibedakan dengan "mengumbar penderitaan". Selain itu, sebaik-baiknya pencarian solusi adalah merujuk pada ajaran agama, karena semua petunjuk sudah ada di sana.

So, dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi pemahaman tentang menghadapi masalah dengan berbekal KESADARAN dan KESABARAN.

Langkah pertama untuk menghadapi masalah adalah..."KESADARAN".
- Kesadaran bahwa kita berTuhan.
- Kesadaran bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan.
- Kesadaran bahwa tak ada yang abadi di dunia ini, semua hanya sementara, termasuk masalah.
- Kesadaran bahwa Tuhan tak akan menguji manusia melebihi kemampuan.
- Kesadaran bahwa semua solusi sudah ada dalam ajaran agama jika kita mau membaca dan memahaminya.

Langkah kedua adalah..."KESABARAN".

Mungkin di antara sahabat ikhlas ada yang merasa sudah konsisten berdoa, ditambah ibadah-ibadah lainnya tapi kok sepertinya masalah makin bertambah, dan tak terlihat ujung penyelesaiannya. Atau mungkin ada yang sudah rutin mempraktekkan LOA, melakukan afirmasi, melakukan visualisasi, menulis jurnal syukur dll, yang sepertinya prosedurnya sudah benar tapi hal yang diharapkan tak kunjung terwujud.

Maka langkah kedua inilah yang harus kita jalankan dan kita pertahankan. Karena segala sesuatu ada prosesnya, tidak ada pohon yang tumbuh besar dalam semalam, bahkan solusi yang terlihat seperti instan pun sebenarnya berproses dan terjadi pada saat yang tepat sesuai kehendak-Nya.

Ketika kita mampu mempertahankan kesabaran inilah...masalah seolah selesai lebih cepat dari yang kita duga. Ibarat melakukan perjalanan, kita menikmati pemandangan sepanjang jalan, tapi tanpa terasa tahu-tahu kita sudah dekat dengan tempat tujuan. Dan biasanya, kepuasan yang didapatkan ketika mencapai tempat tujuan hanya bertahan sebentar. Meskipun anda berhasil tiba di puncak gunung es tertinggi di dunia, rasa puasnya hanya sekejap, karena beberapa jam kemudian tempat
itu akan terasa biasa-biasa saja, tak ada lagi rasa 'exciting' seperti yang didapatkan dalam proses perjalanan. Bahkan orang cenderung lebih senang menceritakan betapa serunya pengalaman yang didapatkan selama di perjalanan, apalagi jika medan yang ditempuhnya penuh dengan tantangan.

Demikian pula dalam proses perjalanan kehidupan ini, nikmatilah jalan yang curam, menanjak dan berliku, batu karang yang menghadang serta ombak yang menerjang, karena semua itulah yang akan kita kenang sebagai keindahan disaat kita telah mencapai kehidupan yang kita impikan.

Tidak ada manusia yang sempurna, kita semua pernah dan sering melakukan kesalahan atau bahkan dianggap salah walaupun sebetulnya benar. Tapi kita memang butuh kesalahan agar bisa belajar, seperti seorang guru saya mengatakan, "Kalau kita tidak pernah salah, kita tidak akan pernah benar". Dan Mas Nunu juga pernah mengatakan, "Salah adalah awal dari Benar".

Tidak ada komentar: